Kementerian Kesehatan Indonesia telah merilis data mengkhawatirkan tentang peningkatan kasus sifilis di tanah air.
Berdasarkan catatan resmi tahun 2024, tercatat sebanyak 23.347 orang terinfeksi penyakit sifilis yang dikenal sebagai “raja singa”. Angka ini menunjukkan tren peningkatan yang konsisten dalam beberapa tahun terakhir, dengan lonjakan mencapai 70% sejak tahun 2018 hingga 2022.
Data epidemiologi menunjukkan bahwa sifilis tidak hanya menyerang kelompok populasi tertentu, tetapi dapat mengenai siapa saja tanpa memandang latar belakang sosial atau perilaku seksual.
Peningkatan kasus ini menjadi perhatian serius bagi sistem kesehatan nasional, mengingat komplikasi yang dapat ditimbulkan jika tidak ditangani dengan tepat.
Apa itu Sifilis?
Sifilis adalah penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Bakteri spirochete ini sangat sensitif terhadap oksigen dan temperatur, serta memiliki kemampuan invasif yang tinggi karena minimnya target imun pada membran luarnya.
Penyakit ini dikenal juga dengan sebutan “raja singa” atau “lues venerea” dalam terminologi medis. Sifilis merupakan infeksi sistemik yang berkembang dalam empat stadium berbeda, yaitu primer, sekunder, laten, dan tersier.
Setiap stadium memiliki karakteristik klinis yang berbeda dan memerlukan pendekatan terapi yang spesifik. Tanpa pengobatan yang tepat dan cepat, sifilis dapat menyebabkan kerusakan permanen pada jantung, otak, mata, dan sistem saraf.
Penularan sifilis terjadi melalui kontak langsung dengan luka yang terinfeksi selama aktivitas seksual vaginal, anal, atau oral. Transmisi vertikal dari ibu ke janin juga dapat terjadi melalui plasenta selama kehamilan, menyebabkan sifilis kongenital yang dapat berakibat fatal.
Kemenkes: Sifilis di Indonesia, yang Gak “Nakal” Bisa Kena
Kementerian Kesehatan Indonesia melalui kampanye edukasinya menegaskan bahwa sifilis tidak pilih-pilih korban. “Sifilis gak pilih-pilih. Yang gak ‘nakal’ pun bisa kena. Karena itu, jangan cuma jaga image. Jaga kesehatanmu juga,” demikian pernyataan resmi Kemenkes dalam postingan media sosialnya.
Pernyataan ini meruntuhkan stigma yang selama ini melekat pada penyakit sifilis, yang sering dikaitkan dengan perilaku seks bebas atau pergaulan yang tidak sehat. Faktanya, sifilis dapat menyerang siapa saja, termasuk mereka yang memiliki pasangan tetap atau bahkan yang tidak aktif secara seksual.
Data menunjukkan bahwa prevalensi sifilis pada ibu hamil mencapai 1,7%, dengan risiko penularan dari ibu ke bayi sebesar 60-80%. Hal ini membuktikan bahwa penyakit ini dapat menyerang populasi yang secara konvensional dianggap berisiko rendah.
Kemenkes juga melaporkan bahwa dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, sebanyak 498 melaporkan kasus HIV-AIDS dan infeksi menular seksual termasuk sifilis.
Faktor risiko utama yang diidentifikasi meliputi aktivitas seksual tanpa proteksi, berganti-ganti pasangan, dan tidak mengetahui status kesehatan pasangan. Namun, penularan juga dapat terjadi melalui transfusi darah yang terkontaminasi atau penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
Gejala Sifilis
Manifestasi klinis sifilis sangat bervariasi tergantung pada stadium penyakit. Pemahaman yang komprehensif tentang gejala setiap stadium sangat penting untuk diagnosis dini dan penatalaksanaan yang tepat.
– Gejala Sifilis Primer
Stadium primer ditandai dengan munculnya luka kecil di kulit atau dikenal sebagai chancre, yaitu ulkus kecil yang tidak nyeri pada tempat masuknya bakteri. Chancre biasanya muncul 2-12 minggu setelah paparan dan dapat ditemukan pada genitalia, rektum, atau mulut.
Lesi ini memiliki karakteristik berbatas tegas, dasar bersih, dan tidak disertai rasa gatal atau nyeri. Chancre dapat sembuh sendiri dalam 3-6 minggu tanpa pengobatan, namun infeksi tetap berlanjut ke stadium berikutnya.
– Gejala Sifilis Sekunder
Stadium sekunder berkembang 4-8 minggu setelah chancre menghilang dan ditandai dengan ruam kulit yang khas. Ruam ini biasanya tidak gatal, kasar, berwarna kemerahan atau kecoklatan, dan dapat menutupi seluruh tubuh termasuk telapak tangan dan kaki.
Gejala sistemik yang menyertai meliputi demam, nyeri tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening, kelelahan, dan penurunan berat badan.
Kondiloma lata, berupa lesi datar seperti kutil berwarna putih atau keabu-abuan pada area tubuh yang hangat dan lembab, juga dapat muncul pada stadium ini. Alopecia sifilitika atau kerontokan rambut dalam pola difus atau “moth-eaten” merupakan manifestasi yang cukup sering ditemukan.
– Gejala Sifilis Laten dan Tersier
Stadium laten tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas, namun infeksi tetap aktif dalam tubuh. Stadium ini dapat berlangsung hingga 20 tahun dan dibagi menjadi laten dini (kurang dari 1 tahun) dan laten lanjut (lebih dari 1 tahun).
Stadium tersier terjadi pada 14-40% pasien yang tidak mendapat pengobatan dan dapat menyebabkan komplikasi serius pada sistem kardiovaskular, neurologis, dan organ lainnya. Neurosifilis dapat menyebabkan gangguan kognitif, stroke, dan paralisis.
Penyebab Sifilis
Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum subspecies pallidum, yang merupakan spirochete mikroaerofilik dengan karakteristik unik. Bakteri ini memiliki struktur yang kompleks dengan kemampuan invasif tinggi karena minimnya protein transmembran pada permukaannya.
Penularan utama terjadi melalui kontak seksual langsung dengan luka atau mukosa yang terinfeksi. Bakteri dapat menembus kulit yang utuh melalui luka mikroskopis atau masuk melalui selaput lendir.
Transmisi paling efektif terjadi pada stadium primer dan sekunder ketika konsentrasi bakteri dalam lesi sangat tinggi.
Faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan penularan meliputi hubungan seksual tanpa kondom, berganti-ganti pasangan, riwayat infeksi menular seksual sebelumnya, dan penggunaan narkoba suntik.
Populasi lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL) memiliki prevalensi lebih tinggi, mencapai 25,8% berdasarkan data Kemenkes tahun 2015.
Penularan vertikal dari ibu ke janin dapat terjadi pada setiap trimester kehamilan melalui transmisi transplasenta. Risiko penularan meningkat seiring dengan stadium sifilis ibu dan dapat menyebabkan keguguran, lahir prematur, atau sifilis kongenital.
Pencegahan Sifilis

Pencegahan sifilis memerlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan edukasi, perubahan perilaku, dan deteksi dini. Strategi pencegahan yang efektif dapat mengurangi risiko penularan secara signifikan.
– Pencegahan Primer
Penggunaan kondom secara konsisten dan benar merupakan metode pencegahan paling efektif.
Kondom lateks dapat mengurangi risiko penularan dengan mencegah kontak langsung dengan lesi yang terinfeksi. Namun, perlu diingat bahwa kondom hanya melindungi area yang tertutup, sehingga lesi pada area lain tetap dapat menularkan infeksi.
Abstinencia atau tidak melakukan aktivitas seksual merupakan satu-satunya cara untuk sepenuhnya menghindari risiko penularan.
Bagi yang aktif secara seksual, hubungan monogami dengan pasangan yang telah dipastikan tidak terinfeksi dapat mengurangi risiko secara bermakna.
– Skrining dan Deteksi Dini
Program skrining rutin sangat penting, terutama untuk populasi berisiko tinggi. Kemenkes merekomendasikan skrining pada ibu hamil, LSL, orang dengan HIV, dan individu dengan riwayat infeksi menular seksual.
Edukasi tentang tanda dan gejala sifilis juga penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Deteksi dini memungkinkan pengobatan segera dan mencegah perkembangan ke stadium lanjut yang dapat menyebabkan komplikasi ireversibel.
Tes Sifilis (VDRL atau TPHA) di Tirta Medical Centre
Tirta Medical Centre (TMC) merupakan penyedia layanan kesehatan terpercaya dengan pengalaman lebih dari 20 tahun dalam bidang medical check-up dan laboratorium.
Sebagai klinik dengan jaringan 30+ cabang di seluruh Indonesia, TMC menyediakan layanan pemeriksaan sifilis yang komprehensif dengan standar internasional.
– Jenis Tes Sifilis yang Tersedia
TMC menyediakan dua jenis tes sifilisuntuk diagnosis sifilis:
- Tes VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) – Harga: Rp95.000
Tes VDRL merupakan pemeriksaan skrining non-treponema yang mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh sebagai respons terhadap kerusakan sel akibat infeksi sifilis. Pemeriksaan ini sangat efektif untuk skrining awal dan monitoring respons pengobatan. - Tes TPHA (Treponema Pallidum Hemagglutination Assay) – Harga: Rp195.000
Tes TPHA adalah pemeriksaan treponema spesifik yang mendeteksi antibodi langsung terhadap bakteri Treponema pallidum. Tes ini digunakan untuk konfirmasi diagnosis dan memiliki spesifisitas yang tinggi.
Note: Harga dapat berubah sewaktu-waktu, Sahabat Tirta dapat menghubungi kami untuk update biaya tes sifilis atau reservasi online di sini:
– Keunggulan Layanan TMC
Laboratorium TMC mengikuti protokol pre-analitik, analitik, dan post-analitik yang ketat untuk menjamin akurasi hasil pemeriksaan. Fasilitas laboratorium dilengkapi dengan teknologi terkini dan dikelola oleh tenaga ahli berpengalaman.
TMC juga menyediakan layanan home care yang memungkinkan pasien melakukan pemeriksaan di rumah dengan tetap menjaga privasi dan kenyamanan. Layanan ini sangat bermanfaat bagi pasien yang memiliki keterbatasan mobilitas atau ingin menjaga kerahasiaan pemeriksaan.
Interpretasi hasil pemeriksaan dilakukan oleh dokter spesialis yang berpengalaman, disertai dengan konsultasi dan rekomendasi tindak lanjut yang diperlukan. Hasil pemeriksaan dapat diakses melalui sistem digital yang aman dan terpercaya.
Dengan jaringan yang luas dan standar pelayanan yang tinggi, TMC menjadi pilihan utama untuk pemeriksaan sifilis yang akurat dan terpercaya di Indonesia.
Investasi dalam pemeriksaan dini merupakan langkah penting bagi Sahabat Tirta untuk mencegah komplikasi serius dan memutus rantai penularan sifilis di masyarakat.
Referensi:
- Mayo Clinic. Syphilis – Symptoms and causes: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/syphilis/symptoms-causes/syc-20351756
- Cleveland Clinic. Syphilis: Cause, Symptoms, Diagnosis, Treatment & Prevention: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4622-syphilis
- MedlinePlus Medical Encyclopedia. Syphilis: https://medlineplus.gov/ency/article/000861.htm
- Theoretical and Natural Science. Syphilis and advancements in its treatment: https://www.ewadirect.com/proceedings/tns/article/view/10425/pdf
- Jurnal Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. Sifilis Sekunder pada Seorang Remaja Perempuan: Laporan Kasus: https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/prepotif/article/view/36888/25689
- Dinamika Kesehatan:Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. Partisipasi Bidan Dalam Implementasi Program Triple Eliminasi HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak di Pulau Lombok: https://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id/index.php/dksm/article/view/658/532
- Jurnal Universitas Malahayati. Cegah Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV – AIDS dengan Pengetahuan Perilaku Seksual Sehat: Absent, Be Faintful, Condom, Drugs, dan Education: https://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kreativitas/article/view/10293/Download%20Artikel
- Sriwijaya Journal of Medicine. Sifilis Pada Kehamilan: https://sjm-fk.ejournal.unsri.ac.id/index.php/UnsriMedJ/article/view/67
- E-Journal Universitas Sam Ratulangi. Condyloma Lata in a 21-Year-Old Male Treated with Doxycycline: a Case Report: https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/biomedik/article/view/5555/5084
- Healthline. Syphilis and Hair Loss: Symptoms and Treatments: https://www.healthline.com/health/syphilis-and-hair-loss
- Journals PLOS. Cognitive impairment in syphilis: Does treatment based on cerebrospinal fluid analysis improve outcome?: https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0254518
- CDC. About Syphilis | Syphilis: https://www.cdc.gov/syphilis/about/index.html
- WHO. Syphilis: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/syphilis
- NHS. Syphilis: https://www.nhs.uk/conditions/syphilis/
- CDC. Syphilis, Pocket Guide For Providers: https://www.cdc.gov/std/syphilis/syphilis-pocket-guide-final-508.pdf
- CDC. Congenital Syphilis: https://www.cdc.gov/std/treatment-guidelines/congenital-syphilis.htm
- Medical News Today. What to know about syphilis: https://www.medicalnewstoday.com/articles/186656