Cacingan merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih sering dijumpai di Indonesia, terutama pada anak-anak.
Prevalensi kecacingan di Indonesia masih cukup tinggi, berkisar antara 2,5% hingga 62% di berbagai wilayah. Kondisi ini disebabkan oleh faktor lingkungan tropis, sanitasi yang kurang baik, serta kebiasaan hidup yang belum optimal.
Infeksi cacing tidak hanya mengganggu kesehatan fisik, tetapi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Sebagai tenaga medis profesional, pemahaman yang mendalam tentang berbagai jenis cacing penyebab cacingan dan cara pengobatannya menjadi sangat penting. Ketahui pembahasan secara komprehensif enam jenis cacing utama yang menjadi penyebab cacingan.
Jenis-jenis Cacing Penyebab Cacingan
Beragam jenis cacing dapat menjadi penyebab utama terjadinya cacingan pada manusia, khususnya anak-anak. Setiap jenis cacing memiliki karakteristik, gejala, dan mekanisme penularan yang berbeda sehingga diperlukan penanganan yang sesuai.
Berikut ini enam jenis cacing penyebab cacingan yang perlu dikatahui Sahabat Tirta:
1. Cacing Kremi (Enterobius vermicularis)
Cacing kremi (Enterobius vermicularis) merupakan nematoda usus yang berukuran sangat kecil dengan panjang cacing betina berukuran 8-13mm, sementara cacing jantan berukuran 2-5mm. Cacing ini berwarna putih dan berbentuk seperti benang, sehingga mudah dikenali ketika keluar bersama feses.
Cacing kremi hidup di usus besar dan rektum manusia. Cacing ini memiliki siklus hidup yang unik, biasanya cacing betina dewasa bergerak ke anus pada malam hari dan menyimpan telur di area tersebut.
Manusia dapat terinfeksi karena memakan daging mentah atau setengah matang yang terinfeksi atau mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi telur cacing.
Gejala utama infeksi cacing kremi adalah gatal hebat di sekitar anus, terutama pada malam hari ketika cacing betina bertelur. Keluhan lain yang dapat muncul meliputi:
- Gangguan tidur akibat gatal
- Iritasi dan kemerahan di area anus
- Pada anak-anak dapat menimbulkan gangguan konsentrasi
- Kadang-kadang dapat terlihat cacing kecil di feses atau pakaian dalam
Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk, kebersihan pribadi yang kurang optimal, dan kesadaran akan kebersihan yang masih rendah merupakan faktor risiko utama cacing kremi.
2. Cacing Gelang (Ascariasis)
Ascaris lumbricoides atau cacing gelang merupakan salah satu parasit cacing yang paling umum menginfeksi manusia di seluruh dunia. Cacing ini memiliki karakteristik morfologi yang khas dengan tubuh berwarna putih kekuningan atau kemerahan.
Cacing gelang betina dapat mencapai panjang 20-35 cm, sedangkan jantan sekitar 15-30 cm. Cacing ini memiliki mulut dengan tiga bibir di bagian anterior dan hidup di usus halus manusia.
Pada fase awal infeksi, pasien mungkin belum mengalami ciri-ciri cacingan yang signifikan. Namun, ketika larva cacing gelang menginfeksi paru-paru, dapat timbul gejala seperti:
- Demam
- Batuk terus-menerus
- Mengi dan sesak napas
Ketika infeksi mencapai usus, manifestasi klinis yang dapat terjadi meliputi:
- Sakit perut hebat
- Diare
- Mual dan muntah
- Hilang nafsu makan
- Penurunan berat badan
- Terdapat cacing pada muntahan atau feses
Askariasis dapat menyebabkan komplikasi serius seperti sumbatan usus total, perforasi usus, infeksi di saluran empedu atau pankreas, dan bahkan sepsis.
3. Cacing Pita (Taenia)
Taenia merupakan genus cacing pita yang anggotanya menjadi parasit pada manusia dan hewan ternak. Genus ini memiliki tubuh seperti pita yang tersusun dari segmen-segmen yang disebut proglotid.
Tiga spesies Taenia yang penting secara medis adalah Taenia solium, Taenia saginata, dan Taenia asiatica. Manusia dapat terinfeksi karena memakan daging mentah atau setengah matang yang terinfeksi atau mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi telur cacing. Di Indonesia, terutama di Bali, kejadian taeniasis tinggi karena kebiasaan masyarakat mengonsumsi daging babi mentah atau setengah matang .
Pada kondisi infeksi yang berat, larva cacing pita dapat menginfeksi sistem jaringan seperti mata, jantung bahkan otak. Sehingga dapat menimbulkan gejala gangguan penglihatan, gangguan irama jantung hingga kejang.
Cacing Taenia dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan inang definitif. Proglotid gravid (segmen tubuh yang sudah matang dan dipenuhi telur) akan terlepas dan keluar bersama tinja atau secara aktif dari anus. Panjang cacing pita dapat mencapai 15 meter dengan ribuan segmen.
Infeksi cacing pita sering kali asimptomatik. Namun, beberapa gejala yang dapat muncul meliputi:
- Sakit perut
- Mual
- Penurunan nafsu makan
- Penurunan berat badan
- Dapat terlihat segmen cacing yang menyerupai butiran beras di feses
4. Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)
Trichuris trichiura atau cacing cambuk merupakan parasit dari jenis nematoda yang menyerang saluran pencernaan manusia. Cacing ini termasuk kelompok Soil-Transmitted Helminth (STH) yang berkembang di iklim tropis seperti Indonesia.
T. trichiura hidup di usus besar manusia, mengonsumsi darah dan nutrisi dari inangnya. Infeksi ringan seringkali tidak menimbulkan gejala. Namun, bisa terjadi gejala seperti:
- Rasa ingin BAB terus menerus di malam hari
- Penurunan nafsu makan
- Penurunan berat badan
- Perdarahan pada usus
- Anemia
- Hingga pada infeksi berat dapat terjadi; Prolaps rektum atau menonjolnya rektum (bagian bawah usus besar) ke anus
Trikuriasis dapat bersifat asimptomatik atau menimbulkan gejala ringan hingga berat seperti nyeri abdomen, nyeri defekasi, feses berlendir dan berdarah, serta kolitis kronis.
5. Cacing Tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)
Cacing tambang merupakan parasit nematoda yang terdiri dari dua spesies utama: Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Kedua spesies ini termasuk dalam kelompok Soil-Transmitted Helminth (STH) yang sering menginfeksi manusia di daerah tropis dan subtropis.
Necator americanus dewasa berbentuk silinder dengan panjang cacing jantan 7-9 mm dan betina 9-11 mm. Ancylostoma duodenale berukuran sedikit lebih besar. Pada rongga mulut terdapat struktur untuk menempel pada mukosa usus.
Larva cacing yang berada di tanah dapat menginfeksi manusia melalui kulit yang tidak terlindungi. Larva masuk melalui kulit, terbawa aliran darah ke paru-paru, kemudian berpindah ke kerongkongan dan tertelan menuju usus halus.
Gejala dapat muncul mulai dari fase penetrasi larva hingga infeksi di usus:
Fase Kulit:
- Ruam yang gatal pada kulit berbentuk liukan cacing
- Reaksi alergi
Fase Paru:
- Batuk
- Demam
- Sesak napas
Fase Intestinal:
- Sakit perut atau kram perut
- Mual dan muntah
- Penurunan nafsu makan
- Diare
- Buang air besar berdarah
- Anemia (akibat kehilangan darah)
6. Cacing Hati (Fasciola hepatica)
Fasciola hepatica merupakan parasit trematoda yang menyebabkan penyakit fascioliasis pada hewan ternak dan manusia. Di Indonesia, spesies yang lebih sering dijumpai adalah Fasciola gigantica, sedangkan F. hepatica lebih sering terdeteksi pada sapi impor.
Siklus hidup Fasciola sangat kompleks, melibatkan dua jenis hospes yaitu inang utama dan siput air sebagai inang perantara. Infeksi biasanya terjadi melalui konsumsi tumbuhan air yang terkontaminasi metaserkaria.
Fascioliasis dapat bersifat akut, subakut, atau kronis:
Fase Akut:
- Demam
- Nyeri perut bagian atas kanan
- Pembesaran hati
- Mata atau kulit yang menguning
Fase Kronis:
- Nyeri ulu hati kronis
- Mual dan muntah
- Diare
- Gangguan fungsi hati
Pada hewan ternak, fascioliasis menyebabkan penurunan berat badan, kelemahan, hilangnya nafsu makan, kulit pucat, dan pembengkakan di sekitar rahang bawah.
Tempat Cek Cacingan (Bisa Home Care)

Pemeriksaan cacingan dapat dilakukan di berbagai fasilitas kesehatan. Untuk kemudahan pasien, beberapa laboratorium klinik juga menyediakan layanan home care atau pemeriksaan di rumah seperti Klinik Tirta Medical Centre.
Diagnosis cacingan utamanya dilakukan melalui pemeriksaan mikroskopis feses untuk mengidentifikasi telur cacing. Tirta Medical Centre (TMC) menyediakan layanan pemeriksaan feses rutin dengan biaya yang terjangkau:
- Biaya Tes Feses atau Faeces Rutin di TMC: Rp85.000
Note: Harga dapat berubah sewaktu-waktu, Sahabat Tirta dapat menghubungi kami untuk update biaya tes feses rutin atau reservasi promo secara online di sini:
Pemeriksaan ini meliputi analisis mikroskopis untuk mendeteksi keberadaan telur cacing, parasit, dan elemen patologis lainnya dalam feses. TMC juga menyediakan layanan konsultasi dengan dokter spesialis untuk interpretasi hasil dan pemberian terapi yang tepat.
Pemeriksaan cacingan yang akurat dan pengobatan yang tepat merupakan kunci keberhasilan untuk sembuh. Konsultasi dengan tenaga medis profesional sangat diperlukan untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang sesuai dengan kondisi masing-masing pasien.
Referensi:
- WormBoss. Diakses pada 2025. Types of Worms: https://wormboss.com.au/about-worms/types-of-worms/
- Study.com. Diakses pada 2025. Worms | Characteristics, Types & List – Lesson: https://study.com/learn/lesson/worms-types-characteristics-list.html#section—HowManyTypesOfWormsAreThere
- Cleveland Clinic. Diakses pada 2025. Intestinal Parasites & Worms: Symptoms, Types, Treatment: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/intestinal-parasites
- Manual MSD. Diakses pada 2025. Infeksi Cacing Kremi – Infeksi: https://www.msdmanuals.com/id/home/infeksi/infeksi-parasit-cacing-gelang-nematoda/infeksi-cacing-kremi
- UMJ. Diakses pada 2025. Askariasis : Penyakit Akibat Cacing Gelang yang Sering Dianggap Remeh: https://umj.ac.id/opini-1/askariasis-penyakit-akibat-cacing-gelang-yang-sering-dianggap-remeh/
- Pusat Pengelolaan Jurnal dan Penerbitan ULM. Diakses pada 2025. Gambaran Tingkat Pengetahuan Orang Tua Siswa SLB Darma Praja Banjarmasin Tentang Gejala dan Penularan Infeksi Cacing Kremi (Enterobius Vermicularis): https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/berkala-kesehatan/article/download/5074/4364
- Journal Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang. Diakses pada 2025. Journal Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang: https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JANALISKES/article/view/4531/1868
- Intisari Sains Medis. Diakses pada 2025. Non-eosinofilia pada Infeksi Trichuris trichiura: sebuah laporan kasus: https://isainsmedis.id/index.php/ism/article/view/1277
- Alomedika. Diakses pada 2025. Trichuriasis – patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan: https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/trichuriasis
- Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia (JITPI). Diakses pada 2025. Infeksi dan Tingkat Penyebaran Parasit Zoonosis Cacing Hati (Fasciola sp.) Pada Sapi Di Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur: https://jitpi.unram.ac.id/index.php/jitpi/article/view/55/48
- Jurnal Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari. Diakses pada 2025. Gambaran Kasus Fasciolosis (Cacing Hati) Pada Sapi Bali Berdasarkan Data Hasil Pemeriksaan Hewan Qurban Di Kabupaten Manokwari Tahun 2018: https://jurnal.polbangtanmanokwari.ac.id/index.php/jt/article/download/13/15
- NCBI, NIH. Enterobius Vermicularis: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536974/