Bagikan ke:

Hepatitis adalah kondisi peradangan hati / liver yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi virus, konsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu, dan gangguan autoimun.

Jenis hepatitis yang paling umum adalah yang disebabkan oleh virus hepatitis A, B, C, D, dan E. Di antara semua jenis tersebut, hepatitis B dan C merupakan ancaman terbesar terhadap kesehatan masyarakat karena dapat berkembang menjadi penyakit hati kronik (berkepanjangan), pengerasan dan penciutan hati (sirosis), dan kanker hati (WHO, 2024).

Hati / Liver dan letaknya di dalam tubuh. Sumber: ResearchGate

Hepatitis virus dapat bersifat akut maupun kronik. Infeksi akut, yaitu infeksi yang berlangsung dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 2 minggu, dapat sembuh sendiri.

Sementara infeksi kronik (berkepanjangan/menahun), terutama hepatitis B dan C, dapat berlangsung selama bertahun-tahun dan berdampak besar terhadap kesehatan dan produktivitas kerja seseorang.

Jumlah Hepatitis pada Usia Kerja

Kelompok usia kerja (15–64 tahun) merupakan kelompok yang paling aktif secara sosial dan ekonomi, namun juga menjadi kelompok yang paling terdampak hepatitis.

Menurut laporan Global Hepatitis Report 2024 dari WHO, lebih dari 350 juta orang di dunia menderita hepatitis B atau C kronik, dan lebih dari 60% di antaranya berada dalam usia produktif (WHO, 2024).

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat bahwa prevalensi hepatitis B pada penduduk usia 25–49 tahun mencapai 7,1%, dan hepatitis C sebesar 1,0% (Kemenkes RI, 2021).

Data ini menunjukkan bahwa kelompok usia kerja adalah kelompok yang sangat rentan, baik karena mobilitas tinggi, potensi paparan di tempat kerja, maupun kurangnya kesadaran terhadap pencegahan.

Penyebab Hepatitis pada Pekerja

Berbagai faktor risiko dapat menyebabkan hepatitis pada pekerja, antara lain:

  • Paparan darah dan cairan tubuh: Pekerja kesehatan, laboran, petugas kebersihan medis, dan petugas keamanan berisiko terpapar darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, terutama hepatitis B dan C, melalui cedera benda tajam atau kontak langsung (CDC, 2023).
  • Sanitasi yang buruk: Hepatitis A dan E ditularkan melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Pekerja di lingkungan dengan sanitasi buruk, seperti konstruksi, pertambangan, atau industri makanan, rentan terhadap infeksi ini (WHO, 2023).
  • Tindakan non-steril: Pekerja yang terlibat dalam prosedur kosmetik atau tato, atau yang mendapatkan layanan kesehatan tidak aman, dapat terpapar hepatitis B atau C jika alat yang digunakan tidak steril.
  • Perilaku risiko tinggi: Seks tanpa pelindung, penggunaan narkoba suntik, dan berganti-ganti pasangan seksual meningkatkan risiko tertular hepatitis B dan C.
  • Kurangnya pelatihan dan APD: Beberapa sektor kerja belum sepenuhnya menerapkan standar keselamatan dan pelatihan yang memadai untuk mencegah penularan hepatitis.

Cara Pencegahan Hepatitis pada Pekerja

Pencegahan hepatitis pada pekerja sangat penting untuk melindungi kesehatan individu dan produktivitas nasional. Beberapa strategi kunci meliputi:

1. Vaksinasi Hepatitis

Vaksin hepatitis merupakan langkah paling efektif dalam mencegah hepatitis, khususnya hepatitis A dan B. CDC dan WHO merekomendasikan vaksinasi hepatitis B bagi semua bayi dan kelompok risiko tinggi, termasuk tenaga kesehatan, petugas laboratorium, pekerja sosial, dan pekerja migran (CDC, 2023; WHO, 2024).

Di Indonesia, vaksin hepatitis B telah masuk dalam program imunisasi dasar untuk anak dan juga diberikan pada tenaga kerja risiko tinggi (Perdoki, 2024). Vaksinasi hepatitis A juga disarankan untuk pekerja di lingkungan sanitasi buruk atau industri makanan.

2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Pekerja yang mungkin terpapar darah atau cairan tubuh harus menggunakan sarung tangan, masker, dan alat pelindung lainnya sesuai protokol.

3. Edukasi dan Pelatihan

Pemberian edukasi rutin kepada pekerja mengenai cara penularan, gejala hepatitis, serta pentingnya pencegahan dan vaksinasi sangat penting.

4. Deteksi Dini dan Pemeriksaan Berkala

Pemeriksaan laboratorium secara berkala untuk hepatitis B dan C, terutama bagi kelompok pekerja berisiko, sangat dianjurkan.

5. Peningkatan Sanitasi dan Higiene

Perusahaan perlu memastikan tersedianya air bersih, fasilitas sanitasi yang memadai, serta mendorong kebiasaan cuci tangan untuk mencegah hepatitis A dan E.

    Referensi:

    1. World Health Organization. (2024). Global Hepatitis Report 2024. Geneva: WHO. https://www.who.int/publications/b/68511 
    2. Centers for Disease Control and Prevention. (2023). Hepatitis B Information for Health Professionals. https://www.cdc.gov/hepatitis/hbv
    3. Centers for Disease Control and Prevention. (2023). Hepatitis C Information for the Public. https://www.cdc.gov/hepatitis/hcv
    4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Profil Kesehatan Indonesia 2021. Jakarta: Kemenkes RI: https://kemkes.go.id/app_asset/file_content_download/Profil-Kesehatan-Indonesia-2021.pdf
    5. Perdoki. Buku Panduan Imunisasi untuk Perlindungan dan Upaya Peningkatan Produktivitas Pekerja. Edisi ke-2. 2024
    6. World Health Organization. (2023). Hepatitis A Fact Sheets.  https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hepatitis-a 
    7. World Health Organization. (2023). Hepatitis E Fact Sheets. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hepatitis-e

    Bagikan ke: